Mengapa Saya?

Rabu, 02 November 2011

Baca: Mazmur 131

Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan, Allah kita. —Ulangan 29:29

Baru-baru ini saya membaca Mazmur 131, salah satu mazmur favorit saya. Di masa lalu, saya memandang pasal tersebut sebagai suatu dorongan untuk memahami bahwa misteri adalah salah satu sifat Allah yang istimewa. Hal ini menantang saya untuk menenangkan pikiran saya, karena saya tidak dapat memahami semua yang sedang dikerjakan Allah dalam lingkup kekuasaan-Nya.
Namun, kemudian saya melihat sisi lain dari jiwa Daud yang tenang: Saya tidak dapat memahami semua yang sedang dikerjakan Allah dalam diri saya, bahkan mencoba untuk melakukannya saja mustahil.
Daud membuat suatu perbandingan antara seorang anak yang telah disapih yang tidak lagi merengek untuk sesuatu yang sebelumnya ia tuntut, dengan suatu jiwa yang telah belajar hal yang sama. Itulah panggilan untuk belajar memiliki kerendahan hati, ketabahan yang terus-menerus, dan rasa puas dalam semua keadaan saya—apa pun itu—meski saya tidak memahami maksud Allah. Pemikiran Allah melampaui daya tangkap pikiran saya.
Saya bertanya, “Mengapa aku menderita? Mengapa aku merasa susah?” Bapa menjawab, “Tenang, anakku. Kau tak akan memahaminya sekalipun aku menjelaskannya. Percaya saja kepada-Ku!”
Maka, saya pun beralih dari merenungkan tentang teladan Daud kepada mengajukan pertanyaan pada diri sendiri: Dapatkah saya, dalam segala keadaan saya, “berharap kepada Tuhan” (ay.3)? Dapatkah saya menanti dalam iman dan kesabaran tanpa merengek dan tanpa mempertanyakan hikmat Allah? Dapatkah saya mempercayai-Nya ketika Dia mengerjakan dalam diri saya kehendak-Nya yang baik, berkenan dan sempurna? —DHR
Mungkin bukan bagianku
Untuk memahami arti dan misteri
Dari yang direncanakan Allah bagiku
Sampai suatu hari nanti! —NN.
Dalam dunia yang penuh misteri, bahagialah kita mengenal Allah yang mengetahui segala sesuatu.

0 komentar:

Posting Komentar

Persekutuan Remaja 19 Maret